Di tengah gemuruh informasi modern dan data iklim yang serba digital, tersembunyi sebuah catatan panjang tentang perubahan alam yang tersurat dalam lembaran-lembaran rapuh kitab-kitab kuno. Lebih dari sekadar warisan sastra atau ajaran spiritual, naskah-naskah ini menyimpan jejak-jejak interaksi peradaban manusia dengan lingkungannya, termasuk bagaimana langit dan segala peristiwanya dipahami dan dicatat sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Membaca kitab-kitab kuno seolah membuka jendela waktu, memperlihatkan bagaimana generasi terdahulu mengamati dan menginterpretasikan fenomena alam yang kini kita pahami sebagai bagian dari dinamika iklim.
Bayangkan para cendekiawan dan penulis zaman dahulu, dengan teliti mengamati perubahan musim, pola angin, curah hujan yang tak biasa, atau bahkan fenomena langit yang menakjubkan seperti gerhana atau komet. Pengamatan ini tidak hanya dicatat sebagai peristiwa unik, tetapi sering kali dihubungkan dengan kondisi sosial, ekonomi, bahkan spiritual masyarakat pada masa itu. Banjir yang melanda setelah hujan berkepanjangan, kekeringan yang menyebabkan gagal panen, atau badai dahsyat yang merusak permukiman, semuanya meninggalkan jejak dalam narasi-narasi kuno. Meskipun tidak selalu disajikan dalam format data ilmiah seperti yang kita kenal sekarang, deskripsi-deskripsi ini memberikan gambaran tentang variabilitas iklim di masa lampau.