“Saya sebagai ilmuwan tidak akan menghabiskan hidup saya untuk hal ini jika saya tidak berharap bahwa kita memiliki peluang bagus untuk menemukan sesuatu,” kata Schwenzer.
“Saya harap kita akan menemukan sesuatu, tapi saya tidak bisa memprediksinya.”
Kalaupun tanda-tanda kehidupan di Mars terdeteksi, hal tersebut bukanlah bukti nyata adanya kehidupan alien yang tersebar luas di tempat lain di alam semesta. Mars dan Bumi memiliki sejarah serupa, yang berarti keduanya memulai asal usul kehidupan yang sama.
Untuk membuktikan bahwa kehidupan muncul untuk kedua kalinya di luar Bumi, para ilmuwan mengamati bulan-bulan es di Galaksi Bima Sakti seperti Europa di Jupiter dan Enceladus di Saturnus. Keduanya yang diperkirakan memiliki lautan luas di bawah permukaan bekunya.
“Jika kita menemukan kehidupan di bulan-bulan es, kita yakin ini adalah asal usul kehidupan yang berbeda dari Bumi,” kata Schwenzer.
Pesawat ruang angkasa NASA bernama Europa Clipper dijadwalkan diluncurkan ke Europa pada Oktober mendatang, menyusul pesawat ruang angkasa milik Badan Antariksa Eropa, Juice, yang diluncurkan pada bulan April 2023.
Direncanakan tiba pada tahun 2030 dan 2031, kedua pesawat ruang angkasa tersebut kemungkinan besar tidak akan mendeteksi kehidupan di Europa. Walau begitu, dua wahana itu akan mempelajari luas lautan Europa dan menyiapkan landasan untuk misi ruang angkasa masa depan yang mungkin mencoba menggali di bawah lapisan es.
Dua wahana itu juga diharapkan bisa terbang melintasi gumpalan yang mungkin dikeluarkan dari lautan bulan ke luar angkasa. Tujuannya satu: mencari kehidupan.
Sebenarnya memasukkan dua penjelajah ke lautan di bulan planet lain itu adalah "masalah 100 tahun". Alasannya, kata Britney Schmidt, astronom di Cornell University di New York, adalah rintangan melewati es setebal beberapa kilometer. Namun menurutnya, masuk ke dalam cangkang es dan berinteraksi dengan cairan adalah sesuatu yang bisa dilakukan dua penjelajah itu dalam jangka pendek.
“Misi seperti itulah yang saya ingin wujudkan. Kelompok kami sedang mengerjakan instrumen dan teknologi sehingga kami tahu apa yang harus dilakukan ketika kami sampai di sana,” kata Schmidt.
Jika Anda belum siap menunggu 100 tahun, Anda mungkin ingin mengalihkan pandangan ke tata surya lain.
Kita sekarang telah mengetahui bahwa terdapat lebih dari 5.500 planet di sekitar bintang lain, yang dikenal sebagai exoplanet, dan lebih banyak lagi yang terus berdatangan setiap hari.
Dengan kemampuan teleskop baru yang luar biasa, terutama James Webb Space Telescope (JWST), para astronom kini mulai menyelidiki beberapa planet ini dengan sangat detail.
Secara khusus, mereka menggunakan JWST untuk mengetahui gas apa saja yang ada di beberapa eksoplanet berbatu yang mirip dengan Bumi.
Teleskop JWST pada awalnya tidak dirancang untuk mempelajari planet-planet ekstrasurya, tapi JWST telah ditugaskan kembali untuk mempelajari planet-planet ini. Program ini menjadikan JWST teleskop ruang angkasa terbesar dalam sejarah dan, dengan demikian, merupakan mesin terbaik untuk melakukannya.
JWST tidak dapat mempelajari dunia mirip Bumi di sekitar bintang seperti Matahari kita. Planet-planet ini terlalu redup. Dibutuhkan teleskop yang lebih canggih seperti Habitable World Observatory untuk menyelidiki planet-planet redup tersebut. Teleksop ini akan diluncurkan pada dekade 2040-an.
Meski begitu, JWST dapat mempelajari planet-planet di sekitar bintang kecil yang disebut si kerdil berwarna merah. Saat ini JWST mengembangkan kemampuan sistemnya yang disebut TRAPPIST-1. Sistem ini bisa menelisik tujuh dunia seukuran Bumi. Setidaknya di tiga planet yang mengorbit di zona layak huni bintang tersebut terdapat air dan kehidupan.
Langkah pertama yang dilakukan para astronom adalah memastikan apakah planet-planet ini memiliki atmosfer. Penelitian dengan memanfaatkan JWST untuk menemukan jawaban ini sedang berlangsung. Hasilnya diharapkan akan diperoleh pada akhir tahun ini atau pada tahun 2025.
Hasil riset awal menunjukkan bahwa planet terdalam tersebut kemungkinan besar tidak memiliki atmosfer yang diperlukan untuk kehidupan, namun jika atmosfer dapat ditemukan di planet TRAPPIST-1 lainnya, ini akan menjadi penemuan yang sangat besar, kata Jessie Christiansen, ahli astrofisika di Exoplanet Science Institute NASA, California Institute of Technology di AS.