Menurut data, ribuan kasus bird strike dilaporkan setiap tahun di seluruh dunia, dengan beberapa di antaranya menyebabkan kerugian besar bagi maskapai dan, yang lebih parah, hilangnya nyawa manusia. Insiden yang melibatkan Jeju Air di Korea Selatan pada akhir tahun lalu menjadi salah satu contoh nyata.
Pesawat tersebut mengalami kerusakan pada salah satu mesinnya akibat tabrakan dengan sekelompok burung saat mendekati landasan. Untungnya, pilot berhasil mendaratkan pesawat dengan selamat, tetapi kejadian itu menyoroti pentingnya upaya pencegahan bird strike.
Metode tradisional seperti penggunaan alat pengusir suara, laser, dan patung predator sering kali kurang efektif dalam jangka panjang, karena burung cenderung terbiasa dengan alat-alat tersebut. Sebaliknya, elang sebagai predator alami mampu memberikan efek yang lebih berkelanjutan.
Elang Harris dilatih secara khusus oleh ahli falconry untuk berpatroli di sekitar area bandara. Mereka diterbangkan secara rutin untuk menakuti burung-burung lain dan menjaga wilayah udara di sekitar bandara tetap aman. Bandara Internasional Beijing melaporkan bahwa sejak metode ini diterapkan, insiden bird strike menurun secara signifikan.
Keberhasilan Bandara Internasional Beijing dalam menggunakan elang sebagai solusi bird strike telah menarik perhatian banyak pihak. Metode ini dinilai ramah lingkungan, efektif, dan inovatif. Bandara di negara lain, termasuk di kawasan Asia, mulai mempertimbangkan adopsi pendekatan serupa.