Tampang.com | Kecelakaan tragis yang melibatkan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada 29 Desember lalu, menjadi pengingat akan bahaya serius yang dapat ditimbulkan oleh gangguan burung terhadap penerbangan. Bird strike, atau tabrakan burung dengan pesawat, menjadi ancaman nyata bagi keselamatan penerbangan global. Dalam upaya mengurangi risiko ini, sejumlah bandara di berbagai negara, termasuk China, berinovasi dengan menggunakan metode unik, salah satunya adalah memanfaatkan burung pemangsa seperti elang.
Bandara Internasional Beijing menjadi salah satu pelopor dalam memanfaatkan burung pemangsa untuk meminimalisir bird strike. Elang Harris, jenis burung pemangsa yang dikenal cerdas dan lincah, kini dipekerjakan untuk mengendalikan populasi burung di sekitar wilayah bandara. Langkah ini merupakan bagian dari strategi yang mengombinasikan teknologi modern dan pendekatan alami untuk menjaga keselamatan penerbangan.
Elang Harris digunakan karena kemampuannya yang unggul dalam mengejar dan menakuti burung lain yang berpotensi mengganggu jalur penerbangan. Keberadaan elang ini menciptakan lingkungan yang tidak nyaman bagi burung-burung kecil seperti merpati, camar, dan burung pipit yang sering menjadi penyebab bird strike.
Bird strike adalah insiden ketika burung bertabrakan dengan pesawat, terutama saat lepas landas atau mendarat. Meskipun terdengar sepele, dampaknya bisa sangat fatal. Mesin pesawat dapat mengalami kerusakan serius jika burung tersedot ke dalam mesin jet, yang dapat berujung pada kecelakaan.