Namun, selain memiliki makna budaya yang dalam, pertemuan ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan, terutama di negara-negara dengan populasi Muslim yang besar seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Kedua festival yang bersatu ini menciptakan lonjakan kunjungan wisatawan dan peningkatan aktivitas ekonomi lokal. Para pengusaha dan pedagang dapat merasakan manfaat positif dari peningkatan perdagangan dan penjualan selama periode ini.
Selain itu, dampak budaya dan ekonomi juga dapat dirasakan di sektor makanan dan kuliner. Masyarakat dapat menikmati berbagai hidangan khas dari kedua festival, seperti ketupat dan rendang dari Hari Raya Aidilfitri, serta lumpia dan kue kering khas Tahun Baru Imlek. Ini bukan hanya kesempatan untuk berbagi dan merayakan bersama, tetapi juga untuk menikmati keanekaragaman kuliner yang dihadirkan oleh perayaan bersama ini.
Fenomena langka ini juga dapat menjadi momen penting dalam diplomasi antarbangsa. Negara-negara yang memiliki masyarakat muslim dan Tionghoa yang signifikan dapat memanfaatkan momen ini untuk memperkuat hubungan bilateral, mempromosikan saling pengertian antarbudaya, dan meningkatkan kerja sama ekonomi dan pariwisata di antara mereka.
Di sisi lain, pertemuan antara Hari Raya Aidilfitri dan Tahun Baru Imlek juga menciptakan tantangan dalam penyelenggaraan perayaan yang bersamaan. Kedua komunitas harus bekerjasama untuk mengatur acara-acara yang menghormati dan merayakan dua festival ini secara bersamaan tanpa menghilangkan makna dan tradisi masing-masing.