Dilansir dari Abcnees.go.com - Pada usia 31 tahun, Mohammed bin Salman (MBS) telah mengontrol kebijakan pertahanan kerajaan dan mengawasi perombakan ekonomi internal yang besar dengan dukungan ayahnya, Raja Salman. Pengangkatannya yang tiba-tiba pada hari Rabu kemarin ke posisi pangeran mahkota menempatkannya sebagai “yang paling potensial” menduduki tahta, memperkuat posisinya sebagai kekuatan pendorong di balik pergerakan utama Arab Saudi dan tampaknya memetakan kebijakan Saudi untuk beberapa dekade mendatang. Dia dianggap berani mengambil resiko dan ambisius.
Bahkan sebelum keputusan kerajaan dikeluarkan oleh raja, rencana MBS telah menghasilkan kejutan dari sebuah negara yang dulu diprediksi bergerak lambat dan selama beberapa dekade tertinggal dari tetangganya di Teluk Arab, seperti Dubai dengan gedung pencakar langitnya dan tempat wisata yang menjanjikan.
Dalam dua setengah tahun sejak ayahnya dinobatkan sebagai raja, MBS berhasil menyingkirkan persaingan dari pangeran yang lebih tua dan lebih berpengalaman darinya, terutama sepupunya Pangeran Mohammed bin Nayef yang telah mengantri untuk mewarisi tahta
Khaled Batarfi, kolumnis dan profesor Saudi di King Faisal University, termasuk di antara mereka yang mendukung kenaikan MBS.
"Situasi saat ini membutuhkan banyak usaha dan pengambilan keputusan dan keberanian yang cepat," katanya. "Generasi masa lalu mungkin tidak secepat ritme atau memiliki kecepatan yang dibutuhkan untuk melakukan transformasi."
"Negara membutuhkan darah baru dan generasi baru karena perubahan yang dibutuhkan sangat besar," kata Batarfi.
Sebuah cuplikan dari banyak gelar yang didapat sang putra mahkota menggambarkan seberapa potensial portofolionya. Dia juga adalah menteri pertahanan, wakil perdana menteri, ketua dewan ekonomi agung, kepala dewan yang mengawasi raksasa minyak negara Saudi Aramco, kepala dana investasi publik; dan anggota tertinggi dewan politik dan keamanan.
Sedikit menilik kembali pada dua tahun yang lalu, MBS adalah sosok yang kurang dikenal di Arab Saudi.