Selain itu, kekuatan penuh dari pemberontak dan aliansi mereka juga menjadi faktor penting dalam kejatuhan rezim Assad. Berbagai kelompok pemberontak, termasuk Tentara Pembebasan Suriah dan kelompok-kelompok lain yang mendukung revolusi, telah berhasil menggabungkan kekuatan mereka dan mengkoordinasikan serangan mereka terhadap pasukan pemerintah. Mereka juga menerima dukungan dari negara-negara asing yang ingin melihat kejatuhan rezim Assad. Dengan demikian, kekuatan pemberontak terus meningkat, sedangkan pasukan rezim semakin terpecah dan kehilangan koordinasi.
Selain faktor internal, tekanan eksternal dari negara-negara dengan kepentingan dalam konflik Suriah juga turut berperan dalam kejatuhan militer rezim Assad. Berbagai negara seperti Turki, Arab Saudi, dan Amerika Serikat telah memberikan dukungan logistik, persenjataan, dan bantuan lainnya kepada pemberontak. Dukungan ini telah memberikan kekuatan tambahan bagi pemberontak dalam melawan pasukan rezim. Selain itu, tekanan politik dan ekonomi dari negara-negara Barat dan internasional juga membuat rezim Assad semakin terisolasi dan lemah di mata dunia.
Dengan berbagai faktor tersebut, kejatuhan militer rezim Assad di Suriah terjadi dengan cepat dan mengejutkan banyak pihak. Dalam waktu kurang dari dua minggu, pasukan pemberontak berhasil menyerbu ibu kota Damaskus dan menggulingkan rezim yang telah berkuasa selama puluhan tahun. Kejatuhan ini memberikan pelajaran penting bagi rezim otoriter lainnya di dunia tentang betapa pentingnya mempertahankan dukungan masyarakat, merawat koordinasi dan kekuatan militer, serta memperhatikan tekanan eksternal dalam menghadapi konflik internal.