Polisi juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada karena para penipu cenderung menyamar sebagai institusi yang sah. Hal ini tentunya membuat korban lebih mudah terjebak dalam skema mereka. Meskipun banyak orang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang cara membedakan penipuan, tidak sedikit pula yang terjebak dalam jeratan ini karena kepanikan atau ketidakpahaman, terutama bagi mereka yang tidak begitu familiar dengan teknologi.
Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Vice, banyak korban dari penipuan semacam ini adalah orang tua atau mereka yang kurang paham teknologi. Isi pesan yang menekankan pada ketakutan sering kali membuat mereka merasa terpaksa untuk mengambil tindakan, seperti menghapus pesan dengan cepat tanpa mempertimbangkan kemungkinan bahwa itu adalah penipuan. Penyelidik dari kepolisian menyatakan bahwa tujuan utama penipu adalah menakut-nakuti korban sehingga mereka tidak berpikir panjang sebelum bertindak.
Sementara itu, Kapten Polisi Cocchi juga mengingatkan bahwa petugas penegak hukum tidak akan pernah menelpon, mengirim pesan, atau meminta uang untuk menyelesaikan masalah hukum apa pun. Petugas kepolisian disarankan untuk tidak mengucapkan hal-hal yang menciptakan ketakutan dan cenderung meminta informasi pribadi dari masyarakat dalam cara yang tidak sesuai.
Oleh karena itu, ada baiknya bagi masyarakat untuk tidak langsung merespons pesan-pesan yang mencurigakan. Jika menerima pesan yang berisi informasi menakut-nakuti, maka segera hapus pesan tersebut dan jangan ragu untuk melaporkannya kepada pihak berwajib. Sikap proaktif sangat penting untuk melindungi diri dari kemungkinan kerugian yang lebih besar, terutama di era digital saat ini, di mana banyak informasi sensitif disimpan dalam perangkat pintar kita.