Apple menargetkan agar India dapat memproduksi sekitar 25% dari total iPhone yang dijual di seluruh dunia. Sementara itu, Vietnam juga dijadikan pusat produksi penting, terutama untuk produk-produk lain seperti AirPods, iPad, dan Apple Watch. Perluasan ke dua negara ini menunjukkan tekad Apple untuk tidak bergantung pada satu negara produsen saja, terutama dalam menghadapi risiko geopolitik dan gangguan rantai pasok.
Investasi Apple di AS: Janji Besar, Realisasi Bertahap
Meski memperluas ke luar negeri, Apple tidak meninggalkan AS begitu saja. Perusahaan yang bermarkas di Cupertino itu telah mengumumkan rencana investasi sebesar US$500 miliar (sekitar Rp 8.000 triliun) selama lima tahun ke depan. Rencana ini mencakup pembangunan fasilitas baru, penciptaan lapangan kerja, hingga pengembangan teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan (AI).
Beberapa proyek yang sudah diumumkan antara lain pembangunan pabrik server AI di Houston yang dijadwalkan selesai pada 2026. Selain itu, Apple akan mendirikan akademi manufaktur di Detroit dan membangun pusat data di berbagai wilayah di Amerika Serikat. Target dari investasi ini adalah membuka 20.000 lapangan pekerjaan baru, sekaligus memperkuat posisi Apple sebagai pelopor inovasi teknologi di AS.
Meskipun begitu, Trump merasa hal tersebut belum cukup. Ia menginginkan Apple sepenuhnya memusatkan produksi di AS dan mengurangi bahkan menghentikan ekspansi ke luar negeri, khususnya ke India. Ia juga menyebut bahwa Amerika telah cukup bersabar dengan keberadaan pabrik-pabrik Apple di China, dan kini waktunya bagi perusahaan teknologi itu untuk “pulang kampung.”