Upaya pengawasan dan perlindungan data pribadi di Eropa kembali memanas setelah DeepSeek, sebuah aplikasi kecerdasan buatan (AI) asal Tiongkok, diduga melakukan pelanggaran serius terhadap regulasi privasi. Lembaga Perlindungan Data Jerman baru saja mengajukan permintaan resmi kepada Apple dan Google untuk menghapus aplikasi DeepSeek dari toko aplikasi mereka di wilayah Jerman.
Permintaan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa DeepSeek diam-diam mentransfer data pribadi pengguna ke server di China, tanpa transparansi atau perlindungan yang memadai sesuai dengan standar perlindungan data Uni Eropa (GDPR).
Komisioner Perlindungan Data dan Kebebasan Informasi Jerman, Meike Kamp, menyampaikan bahwa tindakan ini diambil karena DeepSeek tidak mampu membuktikan bahwa data pengguna dari Jerman yang disimpan di server China mendapat perlindungan setara dengan peraturan di kawasan Eropa.
"DeepSeek tidak bisa memberikan bukti meyakinkan bahwa data pengguna dari Jerman dilindungi dengan standar yang sama seperti di Eropa. Itu artinya, pengguna berada dalam risiko besar terkait akses data yang tidak sah oleh pemerintah Tiongkok," ungkap Kamp, dikutip dari Reuters, Senin (30/6/2025).
DeepSeek sendiri adalah startup AI asal China yang mendadak populer karena disebut-sebut sebagai alternatif murah dan kuat dari produk-produk AI buatan Amerika Serikat. Namun, di balik reputasi cemerlang tersebut, muncul tuduhan dari pihak AS bahwa DeepSeek memanfaatkan teknologi AI Amerika yang sebenarnya dilarang digunakan di China. Bahkan, Washington mencurigai aplikasi ini memiliki kaitan dengan militer China, dan digunakan sebagai alat dalam strategi siber negara tersebut.
Saat ini, Google mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima permintaan dari pemerintah Jerman dan sedang melakukan evaluasi internal. Apple belum memberikan respons resmi, sementara pihak DeepSeek menolak berkomentar saat dimintai keterangan oleh media.