“Presiden Trump secara konsisten menjelaskan urgensi memindahkan pabrik manufaktur penting kembali ke dalam negeri, sebagai bagian dari prioritas keamanan nasional dan ekonomi kita,” ujar Desai.
Pernyataan ini semakin memperjelas bahwa pemerintahan Trump (jika kembali berkuasa) akan bersikap tegas terhadap perusahaan yang enggan berkontribusi terhadap kedaulatan industri nasional. Apple, yang selama ini menjadi simbol inovasi teknologi AS, kini berada di tengah pusaran tarik-menarik antara efisiensi global dan tuntutan patriotisme ekonomi domestik.
Meski demikian, langkah Apple melakukan ekspansi ke India juga tidak sepenuhnya negatif. Diversifikasi rantai pasok memberikan ketahanan terhadap guncangan geopolitik, serta membuka peluang pasar baru yang menjanjikan. India sendiri kini dipandang sebagai salah satu pusat pertumbuhan teknologi dan manufaktur masa depan.
Namun dengan meningkatnya tekanan dari Trump, Apple tampaknya harus menyiapkan strategi komunikasi dan diplomasi yang lebih kuat. Bukan hanya untuk mempertahankan citra perusahaan, tetapi juga untuk memastikan kelangsungan operasionalnya di pasar utama seperti AS dan India.
Dalam konteks ini, absennya Tim Cook dalam kunjungan diplomatik bisa berdampak lebih luas daripada sekadar gesture pribadi. Ini dapat dimaknai sebagai jarak antara korporasi dan kebijakan pemerintah yang semakin melebar — suatu hal yang bisa memengaruhi arah kebijakan dagang dan teknologi Amerika dalam beberapa tahun ke depan.