Dari sisi demografi, pengguna Telegram sebagian besar berasal dari kelompok usia 25 hingga 44 tahun, yakni sekitar 53,2% dari total populasi pengguna. Selain itu, pengguna laki-laki mendominasi, dengan perbandingan 58% laki-laki dan 42% perempuan.
Jika dilihat dari durasi penggunaan, pengguna Telegram rata-rata menghabiskan waktu sekitar 3 jam 45 menit per bulan untuk menggunakan aplikasi ini. Angka ini memang masih jauh di bawah WhatsApp, di mana pengguna aktif rata-rata mengakses aplikasi tersebut selama 17 jam 6 menit per bulan, sebagaimana dilaporkan oleh DemandSage.
Namun, Durov menegaskan bahwa pertumbuhan Telegram bukan semata-mata soal angka. Ia mengungkapkan bahwa Telegram terus menghadapi tekanan dari berbagai pemerintah dunia yang berusaha membatasi kebebasan bertukar informasi di platform tersebut. Salah satu insiden besar yang mencuat adalah ketika Durov sendiri ditahan di Prancis pada Agustus 2024. Ia dituduh terlibat dalam penyebaran konten ilegal seperti pornografi anak, perdagangan narkoba, serta distribusi perangkat lunak peretasan melalui Telegram.
Walaupun sempat ditahan, Durov akhirnya dibebaskan kurang dari satu minggu kemudian. Peristiwa ini menjadi titik balik penting bagi Telegram. Perusahaan pun mengambil langkah serius dengan memperkuat moderasi konten di platform mereka, tanpa mengorbankan prinsip dasar mereka terkait kebebasan dan privasi pengguna.
Durov berulang kali menegaskan komitmen Telegram terhadap privasi dan kebebasan berbicara. Ia menjamin bahwa sistem enkripsi end-to-end Telegram akan terus menjaga pertukaran informasi dari segala bentuk intervensi pemerintah atau pihak ketiga. Dalam sebuah pernyataan di tahun 2024 sebelum penangkapannya, Durov menyatakan, "Saya lebih memilih untuk tetap bebas daripada tunduk pada perintah siapa pun."