Ketegangan dalam dunia teknologi internasional kembali memanas. Kali ini, giliran Taiwan yang mengambil langkah tegas terhadap raksasa teknologi asal Tiongkok, yaitu Huawei Technologies dan Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC). Kedua perusahaan ini kini resmi masuk ke dalam daftar kontrol ekspor strategis Taiwan, yang semakin mempersempit ruang gerak industri teknologi China di tengah persaingan geopolitik yang sengit.
Langkah tersebut menambah daftar panjang negara-negara yang secara aktif menyusun strategi pembatasan terhadap perkembangan teknologi China, terutama dalam bidang semikonduktor dan kecerdasan buatan (AI). Jika sebelumnya tekanan datang dari Amerika Serikat, kini Taiwan — yang juga merupakan salah satu pusat manufaktur chip dunia — memilih berada di barisan yang sama.
Peraturan Baru Taiwan dan Dampaknya
Berdasarkan keterangan resmi dari Kementerian Ekonomi Taiwan, kebijakan baru ini mulai berlaku sejak 10 Juni 2025. Perusahaan-perusahaan Taiwan kini wajib mengajukan izin terlebih dahulu sebelum mengekspor produk atau teknologi tertentu kepada Huawei dan SMIC. Alasan yang dikemukakan pemerintah Taiwan cukup jelas: demi keamanan nasional dan upaya mencegah proliferasi senjata.
Bersama dua raksasa Tiongkok itu, Taiwan juga menambahkan total 601 entitas internasional dalam daftar hitam mereka. Entitas tersebut berasal dari berbagai negara yang dianggap berisiko, termasuk China, Rusia, Pakistan, Iran, dan Myanmar. Bahkan, kelompok ekstremis seperti Taliban dan Al-Qaeda juga berada dalam daftar tersebut.
Menurut pernyataan resmi kementerian yang dikutip oleh Reuters, produsen di Taiwan kini harus menjalankan verifikasi transaksi yang lebih ketat dan mengevaluasi risiko ekspor secara menyeluruh, terutama jika melibatkan pihak-pihak yang masuk dalam daftar tersebut.
Huawei dan SMIC: Simbol Ambisi Teknologi China