Hari Buruh atau May Day di Kota Yogyakarta, Rabu (1/5), disambut dengan aksi demonstrasi yang diikuti oleh massa buruh yang tergabung dalam serikat buruh dan kelompok mahasiswa. Mereka melakukan longmars memperingati May Day sambil menyoroti masalah upah buruh yang dinilai sudah sangat jauh dari harga rumah.
Massa awalnya berkumpul di Tugu Pal Putih dan bergerak menyebar ke Jalan Mangkubumi hingga kawasan Malioboro dan Titik Nol Kilometer. Mereka membawa bendera dari berbagai serikat pekerja, seperti SPSI, KSPSI, SPN, Partai Buruh, Jaringan Gugat Demokrasi (Sejagad), Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA) PRT, dan lainnya.
Salah satu koordinator dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA) PRT, Jumiyem, menegaskan tuntutan mereka kepada Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk membangun perumahan murah bagi para buruh. Hal ini dilatarbelakangi oleh upah minimum provinsi (UMP) DIY sebesar Rp2,4 juta yang dianggap terlalu rendah oleh JALA PRT.
Menurut Jumiyem, upah buruh yang sangat rendah di Yogyakarta membuat para pekerja tidak mampu membeli rumah atau memenuhi kebutuhan pokok mereka sehari-hari. Ia juga menambahkan bahwa harga tanah dan material bangunan di DIY terus mengalami kenaikan, sementara kebutuhan pokok juga semakin mahal.