Paragon Solutions, perusahaan yang terlibat dalam pengembangan spyware ini, berpusat di Chantilly, Virginia, Amerika Serikat. Meskipun mereka mengklaim bahwa perangkat mereka digunakan oleh berbagai entitas, perusahaan ini diketahui memiliki hubungan dengan pemerintahan. Bahkan, sebuah sumber menyebutkan bahwa Paragon memiliki lebih dari 35 pelanggan yang berasal dari kalangan pemerintah, meskipun mereka tidak berbisnis dengan negara-negara yang dianggap demokratis atau yang telah dituduh menyalahgunakan perangkat mata-mata tersebut.
Paragon Solutions sendiri sebelumnya dikenal karena memiliki kontrak dengan pemerintah Amerika Serikat, termasuk divisi Imigrasi dan Bea Cukai AS, dengan nilai kontrak yang mencapai US$2 juta. Laporan-laporan menunjukkan bahwa Bea Cukai AS telah memerintahkan penghentian pekerjaan terkait dengan kontrak tersebut, untuk memverifikasi apakah penggunaan spyware tersebut sesuai dengan perintah eksekutif yang dikeluarkan oleh Presiden Joe Biden. Perintah ini, yang membatasi penggunaan spyware terhadap warga negara Amerika, masih berlaku meskipun pemerintahan berganti pada masa Presiden Donald Trump.
Dalam kasus ini, kita melihat bagaimana spyware yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan tertentu bisa digunakan untuk tujuan yang meragukan, terutama ketika menyasar individu-individu yang terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan sensitif, seperti jurnalis. Dengan menggunakan teknik tanpa klik, serangan ini menjadi sangat sulit untuk dicegah, bahkan oleh pengguna yang berpengalaman sekalipun.
Serangan ini juga membuka mata kita tentang perlunya penguatan sistem keamanan di platform-platform komunikasi populer, seperti WhatsApp, yang menjadi target utama penyebaran spyware semacam ini. Masyarakat dan pengguna platform seperti WhatsApp harus lebih waspada terhadap ancaman siber semacam ini, yang bisa terjadi tanpa peringatan dan sangat merugikan.