Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tengah mengalami tekanan yang cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Kemerosotan ini memberikan dampak yang serius bagi masyarakat di Indonesia. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pun ikut serta dalam menghadapi situasi ini dengan meminta Bank Indonesia (BI) untuk menyiapkan skenario bila dolar AS tembus Rp 17.000 hingga Rp 20.000.
Menurut Anggota Komisi XI dari Fraksi PDIP Eriko Sotarduga, skenario seperti apa yang akan dilakukan dalam menghadapi situasi pemerintahan yang akan berakhir dan pada transisi pemerintahan jika nilai tukar rupiah mencapai level tersebut? Pertanyaan ini menggambarkan betapa seriusnya dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terhadap masyarakat di Indonesia.
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup di level Rp16.370 per dolar AS pada perdagangan Jumat (28/6/2024). Meski terjadi penguatan dalam beberapa hari terakhir, rupiah masih belum berhasil beranjak dari level terpuruk sejak terjadinya pandemi Covid-19. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah, Bank Indonesia, dan para pelaku ekonomi di Tanah Air.
Ekonom senior Telisa Aulia Falianty dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) memperingatkan bahwa pemerintah dan otoritas moneter untuk berhati-hati dalam mengawal nilai tukar rupiah. Dia menekankan bahwa jika nilai tukar rupiah tembus Rp 17.000/US$, kerugian ekonominya akan menjadi lebih besar bagi masyarakat Indonesia. Meskipun tidak sampai pada tingkat krisis moneter seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998, perhatian ekstra tetap diperlukan.