Pengembangan obat merupakan proses yang kompleks dan memakan waktu lama. Rata-rata, dibutuhkan waktu sekitar 10-15 tahun untuk mengembangkan obat baru dari tahap penemuan hingga persetujuan FDA. Hal ini menyebabkan tingginya biaya pengembangan obat dan keterlambatan dalam menghadirkan obat baru kepada pasien yang membutuhkan.
Kecerdasan Buatan (AI) memiliki potensi untuk merevolusi proses pengembangan obat dengan mempercepat penemuan obat baru dan mempercepat proses pengujian. AI dapat digunakan untuk menganalisis data dalam jumlah besar, seperti data genomik, data protein, dan data klinis, untuk mengidentifikasi target obat baru dan merancang obat baru yang lebih efektif dan aman.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana AI digunakan dalam pengembangan obat:
Penemuan target obat: AI dapat digunakan untuk menganalisis data genomik dan data protein untuk mengidentifikasi target obat baru. Target obat adalah molekul di dalam tubuh yang terlibat dalam suatu penyakit. Dengan mengidentifikasi target obat baru, para ilmuwan dapat merancang obat yang menargetkan molekul tersebut dan mengobati penyakit.
Desain obat: AI dapat digunakan untuk merancang obat baru yang lebih efektif dan aman. AI dapat digunakan untuk memprediksi bagaimana obat akan berinteraksi dengan target obat dan untuk mengidentifikasi potensi efek samping.
Pengujian obat: AI dapat digunakan untuk menganalisis data dari uji klinis untuk mengevaluasi keamanan dan efektivitas obat baru. AI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang paling mungkin mendapat manfaat dari obat baru.