Nvidia, perusahaan chip ternama asal Amerika Serikat yang dikenal sebagai raja di industrinya, tengah menghadapi tantangan besar di tahun 2025. Setelah lama menikmati pencapaian luar biasa dengan rekor pendapatan dan kenaikan harga saham yang spektakuler, saat ini tanda-tanda kejatuhan mulai terlihat jelas. Sepanjang tahun ini, saham Nvidia sudah mengalami penurunan lebih dari 2%, menandakan adanya tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi perusahaan yang didirikan oleh Jensen Huang ini.
Pada Rabu (28/5/2025) waktu setempat, Nvidia dijadwalkan melaporkan kinerja keuangannya. Para analis mengantisipasi adanya perlambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh tekanan dari pemerintah Amerika Serikat, khususnya kebijakan ketat ekspor chip yang diterapkan oleh mantan Presiden Donald Trump. Kebijakan ini semakin diperketat bulan lalu dengan larangan pengiriman chip canggih Nvidia tipe H20 ke China, yang selama ini menjadi pasar penting bagi perusahaan.
Chip H20 sendiri didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan pasar China yang tumbuh pesat, terutama dalam pengembangan sistem kecerdasan buatan (AI). Langkah keras pemerintahan Joe Biden yang melarang pengiriman chip canggih ke negara yang disebut sebagai “musuh” AS ini sebenarnya sudah membatasi Nvidia. Namun, larangan terbaru dari Trump semakin memperparah situasi. Jensen Huang bahkan mengungkapkan bahwa pembatasan ini memaksa perusahaan untuk menanggung biaya tambahan sebesar US$5,5 miliar.
Huang beberapa kali menegaskan bahwa pembatasan ekspor ini justru akan merugikan Amerika Serikat dalam jangka panjang. Pasalnya, langkah tersebut hanya mendorong China untuk lebih mandiri dalam mengembangkan teknologi chipnya sendiri. Dengan kata lain, memblokir pasokan chip canggih ke China justru bisa memperkuat posisi kompetitor di pasar global, yang dalam hal ini adalah negara tirai bambu tersebut.