Sang CEO Nvidia juga mengungkapkan bahwa pasar chip AI di China diprediksi akan mencapai nilai fantastis, yakni sekitar US$50 miliar pada tahun depan. Karena itu, Nvidia diperkirakan kehilangan potensi pendapatan hingga US$15 miliar akibat larangan ekspor terbaru tersebut. Ini menjadi pukulan besar bagi perusahaan yang pada tahun lalu mengandalkan pasar China yang menyumbang sekitar 13% dari total pendapatannya. Menariknya, sepanjang tahun lalu Nvidia hanya berhasil menjual satu jenis chip ke China, yaitu H20.
Menjelang laporan keuangan yang dinanti-nanti, analis Wedbush memberikan sorotan penting mengenai masa depan Nvidia. Mereka mempertanyakan apakah Nvidia mampu meningkatkan penjualan di sektor lain guna menutupi kerugian yang diakibatkan oleh penurunan bisnis chip H20 di China. Pertanyaan ini menjadi krusial mengingat pasar China adalah salah satu faktor terbesar yang memengaruhi kinerja perusahaan.
Beberapa sumber menyebutkan kepada Reuters bahwa Nvidia tengah mempersiapkan peluncuran chipset AI baru yang akan ditujukan untuk pasar China. Chipset ini akan didasarkan pada arsitektur Blackwell terbaru yang merupakan generasi penerus teknologi Nvidia. Namun, pihak Nvidia juga mengatakan bahwa chip yang akan dikembangkan untuk China kemungkinan akan memiliki spesifikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan H20, sebagai bentuk penyesuaian terhadap regulasi yang ada.
Gil Luria, analis dari D.A. Davidson, menegaskan bahwa China kemungkinan akan menjadi faktor paling dominan yang menentukan hasil kuartal Nvidia ke depan. Proyeksi menunjukkan bahwa Nvidia akan melaporkan pendapatan kuartal pertama tahun ini melonjak hingga 66,2% menjadi sekitar US$43,28 miliar, menurut data dari LSEG. Meski demikian, tantangan yang dihadapi selama tiga minggu terakhir kuartal April, akibat pembatasan ekspor, diperkirakan telah menyebabkan kerugian penjualan sekitar US$1 miliar.