Adaptasi Unik Kehidupan di Lingkungan Ekstrem
Untuk mendukung klaimnya, Schulze-Makuch mengangkat contoh kehidupan ekstrem di Bumi, yakni mikroorganisme yang ditemukan di Padang Pasir Atacama, Cile. Di sana, kehidupan bakteri mampu bertahan hidup dengan menyerap kelembapan langsung dari atmosfer melalui garam-garam higroskopis, yaitu senyawa yang dapat menarik dan menyimpan air dari udara.
Maka dari itu, jika mikroba Mars memiliki mekanisme serupa, maka pemberian air langsung dalam eksperimen Viking 1 bisa diibaratkan sebagai “overdosis”. Alih-alih membantu, air justru bisa membunuh mereka karena ketidaksiapan tubuh mikroba tersebut untuk menghadapi kelembapan tinggi secara tiba-tiba.
“Di lingkungan super kering seperti Mars, organisme mungkin tidak lagi membutuhkan air cair seperti di Bumi. Mereka justru mungkin telah berevolusi untuk bertahan hanya dengan kelembapan minimal dari udara,” ujar Schulze-Makuch, dikutip pada Sabtu (28/12/2024).
Waktu untuk Mengubah Strategi Eksplorasi Mars
Menurut Schulze-Makuch, jika pendekatan ini terbukti benar, maka strategi eksplorasi Mars harus diubah. Selama ini, misi pencarian kehidupan di Mars selalu berfokus pada “mencari air” sebagai penanda utama kehidupan. Namun, ia menyarankan agar strategi baru berfokus pada jejak garam sebagai indikator utama, karena garam dapat menunjukkan kemungkinan adanya kelembapan yang dibutuhkan mikroorganisme.
Ia pun menyarankan agar para ilmuwan belajar dari bencana ekologis mikro di Atacama. Di sana, badai hujan besar justru membunuh sekitar 70–80% populasi mikroba karena derasnya air membanjiri organisme yang terbiasa hidup dalam kondisi sangat kering. Ini menjadi contoh bagaimana air dalam jumlah besar bisa menjadi penghancur alih-alih sumber kehidupan, jika organisme sudah teradaptasi secara ekstrem terhadap kekeringan.