Selain itu, UU ini juga menekankan perlindungan ekstra untuk anak-anak dari konten yang dapat merusak psikologis mereka, termasuk konten terkait bunuh diri dan melukai diri sendiri. Ini menjadi dasar hukum penting yang mendorong perusahaan teknologi untuk memperketat pengawasan dan proteksi terhadap pengguna muda.
Orang Tua Masih Minim Peran, Meta Ambil Alih Kontrol?
Dalam peluncuran fitur keamanan remaja sebelumnya, Nick Clegg, Presiden Urusan Global Meta, mengakui bahwa orang tua cenderung tidak menggunakan fitur pengawasan yang sudah tersedia. Karena itulah, Meta merasa perlu untuk lebih aktif mengambil peran dalam menyediakan sistem default yang aman sejak awal.
“Kami ingin memberikan keseimbangan yang lebih menguntungkan pihak orang tua, terutama ketika mereka tidak sempat atau tidak memahami cara menggunakan kontrol orang tua di aplikasi kami,” ujar Clegg.
Kontrol Ketat: Antara Kepedulian atau Intervensi Berlebih?
Langkah-langkah yang diambil Meta ini tentu menimbulkan dua sisi pandangan. Di satu sisi, langkah ini bisa dilihat sebagai bentuk kepedulian terhadap keselamatan digital generasi muda, di tengah maraknya penyalahgunaan media sosial. Namun di sisi lain, tidak sedikit yang mempertanyakan apakah kebijakan seperti ini terlalu mengintervensi dan membatasi kebebasan pengguna remaja dalam berekspresi dan bersosialisasi secara online.
Terlepas dari pro dan kontra yang muncul, satu hal yang pasti: tanggung jawab untuk menjaga anak-anak di dunia digital kini tidak hanya dibebankan pada orang tua, tetapi juga menjadi tugas besar bagi penyedia platform teknologi seperti Meta.