Beberapa waktu lalu, Google terlibat dalam kontroversi terkait sistem pembayaran yang digunakan dalam layanan Play Store. Kontroversi ini muncul setelah sejumlah pihak mengkritik kebijakan yang dinilai tidak adil, terutama terkait kewajiban penggunaan sistem pembayaran Google Play Billing (GPB) dalam aplikasi yang terdaftar di toko aplikasi tersebut. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pun mengambil tindakan tegas dengan menjatuhkan sanksi sebesar Rp 202,5 miliar kepada Google dan meminta perusahaan tersebut untuk segera merombak sistem toko aplikasi mereka.
Terkait dengan masalah ini, beberapa pihak, termasuk pengembang aplikasi, mengungkapkan pandangan mereka mengenai sistem pembayaran yang diterapkan oleh Google. Shafiq Husein, Founder dan CEO Gambir Studio, adalah salah satu pengembang yang memberikan pendapat terkait sistem pembayaran ini. Menurutnya, sebagai pengembang, ia lebih memilih sistem yang praktis dan sederhana dengan hanya membutuhkan satu API (Application Programming Interface). Namun, yang paling penting baginya adalah faktor keamanan dalam sistem pembayaran tersebut.
Keamanan dan Pilihan Pembayaran
Shafiq mengungkapkan bahwa, meskipun lebih banyak pilihan pembayaran bisa memberikan keuntungan bagi pengguna, masalah utama yang harus diperhatikan adalah keamanan data yang terlibat. Dia menyoroti bahwa jika pembayaran dilakukan di luar sistem Google Play namun aplikasinya tetap di dalam Google Play Store, ada potensi masalah terkait siapa yang akan bertanggung jawab atas keamanan data pengguna, terutama informasi pembayaran.
"Jika ada pembayaran di luar Google, misalnya, tapi aplikasinya tetap ada di dalam Google, siapa yang akan mengendalikan dan memastikan keamanannya?" kata Shafiq. Pertanyaan ini muncul karena jika proses pembayaran dipindahkan dari aplikasi ke platform lain, data sensitif seperti informasi kartu kredit atau rekening bank bisa jadi rentan terhadap kebocoran atau penyalahgunaan.