Pada tahun 2007, para ilmuwan dari Laboratorium Propulsi Jet (Jet Propulsion Laboratory/JPL) milik NASA, bekerja sama dengan peneliti dari India dan Arab Saudi, membuat penemuan yang mengejutkan. Mereka menemukan 26 spesies bakteri misterius yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya. Temuan tersebut berasal dari ruang bersih (clean room), sebuah area steril yang digunakan untuk persiapan peluncuran wahana luar angkasa, khususnya misi Phoenix ke Mars.
Ruang bersih sendiri dirancang agar sepenuhnya bebas dari kontaminasi mikroba. Lingkungan ini dijaga dengan ketat, didesinfeksi secara rutin, dan dilengkapi sistem penyaringan udara canggih guna mencegah partikel biologis atau mikroorganisme terbawa ke luar angkasa. Namun, justru dari tempat yang seharusnya steril inilah para ilmuwan menemukan keberadaan mikroorganisme ekstrem yang memicu rasa penasaran tinggi.
Salah satu tujuan utama dari penelitian ini adalah memahami jenis mikroba ekstrem (dikenal sebagai ekstremofil) yang sanggup bertahan dalam kondisi lingkungan yang ekstrem, seperti ruang hampa udara atau suhu ekstrem luar angkasa. Para peneliti ingin memastikan sejauh mana mikroba dari bumi bisa bertahan hidup dalam perjalanan luar angkasa dan risiko mereka mencemari lingkungan planet lain, seperti Mars.
Anggota tim penelitian dari KAUST (King Abdullah University of Science and Technology) di Arab Saudi, yang dikutip dari Space pada Senin, 19 Mei 2025, menjelaskan bahwa studi ini bertujuan untuk mengevaluasi risiko kontaminasi antarplanet. Mereka ingin mengidentifikasi mikroorganisme mana yang memiliki peluang untuk bertahan hidup dalam misi eksplorasi luar angkasa.
Mengapa ini penting? Karena jika mikroorganisme dari Bumi secara tidak sengaja terbawa dan hidup di planet lain, hal tersebut dapat menimbulkan kebingungan dalam penelitian kehidupan luar angkasa. Kita bisa salah mengira bahwa ada kehidupan asli di planet tersebut, padahal sebenarnya itu adalah kehidupan bumi yang “hijrah” tanpa sengaja.