Perusahaan rintisan kecerdasan buatan (AI) asal China, DeepSeek, tengah menjadi sorotan global setelah kemunculannya mengguncang industri teknologi, khususnya saham-saham raksasa di sektor tersebut. Keberhasilan startup ini menarik perhatian banyak pihak, terutama karena model AI yang dikembangkannya diklaim lebih hemat biaya dibandingkan pesaingnya.
DeepSeek didirikan pada tahun 2023 di Hangzhou oleh Liang Wenfeng dengan tujuan menciptakan model bahasa besar (LLM) berbasis open-source yang mampu menyaingi produk AI ternama, seperti ChatGPT dari OpenAI.
Dalam perjalanannya, DeepSeek meluncurkan chatbot gratis bernama DeepSeek-R1 pada 10 Januari 2025. Tidak butuh waktu lama, aplikasi ini langsung melejit menjadi aplikasi gratis paling banyak diunduh di App Store iOS di Amerika Serikat, bahkan melampaui popularitas ChatGPT.
Keberhasilan ini memberikan dampak besar pada industri teknologi global. Saham Nvidia, salah satu pemimpin industri semikonduktor dan AI asal Amerika Serikat, mengalami penurunan signifikan hingga 17% pada 27 Januari 2025. Penurunan ini mengakibatkan hilangnya nilai pasar lebih dari 589 miliar dolar AS atau sekitar Rp9.532 triliun.
Salah satu faktor yang membuat DeepSeek begitu menarik adalah efisiensi biaya pengembangannya. Dengan anggaran sekitar 6 juta dolar AS (sekitar Rp97 miliar), DeepSeek berhasil menciptakan model AI yang diklaim setara dengan teknologi milik OpenAI dan Anthropic. Padahal, pesaingnya tersebut menginvestasikan ratusan juta hingga miliaran dolar untuk mengembangkan model serupa.