Minimnya Transparansi Jadi Sorotan
Kritik terbesar terhadap Meta dan Instagram adalah minimnya transparansi serta kurangnya jalur komunikasi langsung antara pengguna dan tim dukungan. Banyak pengguna merasa frustrasi karena tidak mendapat kejelasan atas alasan blokir, apalagi kesempatan untuk membela diri.
Dalam kondisi seperti ini, pengguna merasa seolah diadili oleh sistem yang tak bisa diajak bicara, tanpa pembelaan, tanpa klarifikasi.
Apa Langkah Selanjutnya?
Hingga saat ini, Meta belum merilis pernyataan resmi terkait gelombang suspensi akun yang sedang berlangsung. Padahal tekanan dari publik makin meningkat, terlebih dengan potensi gugatan hukum dari pengguna yang merasa hak dan reputasinya dirugikan.
Jika Meta ingin mempertahankan kepercayaan pengguna, mereka harus mulai:
-
Meningkatkan akurasi AI dalam deteksi pelanggaran
-
Menyediakan akses komunikasi langsung yang lebih responsif
-
Menggandeng kembali tenaga moderator manusia untuk verifikasi kasus tertentu
-
Transparan soal penyebab pemblokiran akun
Refleksi dan Harapan
Kasus ini menegaskan kembali pentingnya etika dan akurasi dalam penggunaan AI, terutama dalam platform digital yang menyangkut kehidupan banyak orang. Kecanggihan teknologi seharusnya memberi solusi, bukan menciptakan masalah baru.
Sebagai pengguna, kita juga perlu menyimpan backup data penting, dan mempertimbangkan diversifikasi kanal digital agar tidak sepenuhnya bergantung pada satu platform.
Apakah Instagram akan belajar dari kesalahan ini seperti Pinterest? Ataukah justru memilih bungkam seperti yang dikhawatirkan para penggunanya?