Ancaman kebijakan tarif besar-besaran dari pemerintahan Donald Trump terhadap produk impor asal China kembali mengguncang pasar global, dan salah satu perusahaan yang paling terdampak adalah Apple Inc. Meski harga saham Apple sempat anjlok tajam akibat sentimen ini, ada sisi lain yang justru menguntungkan raksasa teknologi tersebut dalam jangka pendek: lonjakan minat beli iPhone oleh konsumen yang panik akan potensi kenaikan harga.
Menurut laporan Bloomberg, toko-toko ritel Apple di berbagai wilayah Amerika Serikat mengalami lonjakan pengunjung selama akhir pekan. Para pembeli berbondong-bondong datang karena khawatir harga iPhone akan segera naik setelah tarif baru diberlakukan. Salah satu karyawan Apple, yang tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa hampir semua pelanggan bertanya soal kemungkinan kenaikan harga iPhone. Kondisi ini menciptakan suasana yang menyerupai musim belanja liburan—padahal momen ini seharusnya merupakan masa sepi penjualan karena iPhone model baru biasanya dirilis pada bulan September.
Sebagaimana diketahui, sebagian besar iPhone diproduksi di China, negara yang akan dikenai tarif sebesar 54% dalam kebijakan perdagangan baru Trump. Tarif tersebut merupakan bagian dari langkah proteksionis terhadap produk luar negeri yang dikhawatirkan menggerus manufaktur domestik AS. Tak hanya iPhone, produk lain seperti Apple Watch, Mac, AirPods, dan iPad juga terkena dampak karena mayoritas produksinya masih berada di China, meskipun beberapa model telah dialihkan ke Irlandia, Thailand, Malaysia, dan India.
Lonjakan permintaan ini memberikan dorongan penjualan yang signifikan bagi Apple menjelang pengumuman laporan keuangan kuartal kedua yang dijadwalkan pada 1 Mei. CEO Apple Tim Cook dan CFO Kevan Parekh diperkirakan akan membahas dampak tarif dalam laporan tersebut. Namun hingga kini, Apple masih belum memberikan panduan resmi kepada tim ritel terkait cara menjawab kekhawatiran pelanggan tentang harga.