Dengan semakin meluasnya penggunaan teknologi AI, laporan menunjukkan bahwa 52% responden juga telah beralih ke chatbot AI dan platform alternatif seperti TikTok untuk mendapatkan informasi, alih-alih mengandalkan Google. Ini merupakan fenomena baru di mana pembaca dan pengguna tidak lagi terikat pada satu platform saja, melainkan mencari informasi di berbagai sumber yang dianggap lebih kredibel.
Penurunan tingkat kepercayaan pengguna terhadap Google bukanlah fenomena tiba-tiba. Menurut survei tersebut, sebanyak 76% responden mengungkapkan bahwa lebih dari seperempat hasil pencarian mereka di Google ketika mereka berupaya berbelanja online ternyata menampilkan konten bersponsor atau iklan yang dipromosikan secara berbayar.
Hal ini membuat mereka merasa bahwa informasi yang mereka dapatkan tidak sepenuhnya objektif. Dari seluruh konten bersponsor yang muncul, hanya 14% yang dianggap benar-benar membantu dalam pengalaman pencarian pengguna.
Fenomena ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi Google dan platform pencarian lainnya. Sebagai generasi yang tumbuh dengan teknologi canggih, Gen Z menunjukkan perilaku pencarian informasi yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Sebanyak 61% Gen Z dan 53% milenial mengaku menggunakan alat AI untuk menggantikan fungsi Google dalam mencari informasi tentang topik-topik yang spesifik.
Kecenderungan berpindah dari Google ke alternatif lain ini jelas terlihat dari meningkatnya penggunaan aplikasi-aplikasi berbasis AI dan platform media sosial dalam mencari informasi. Misalnya, TikTok yang bukan hanya sekadar platform berbagi video, namun juga semakin popular menjadi sumber referensi informasi, terutama di kalangan generasi muda.
Konten yang diproduksi oleh pengguna lain sering kali lebih relatable dan lebih menarik perhatian dibandingkan konten hasil pencarian Google yang sering kali dinilai terlalu formal dan terstruktur.
Dengan semakin tingginya minat terhadap komunitas daring, pengguna internet mulai mencari cara untuk berinteraksi dan berbagi informasi dengan sesama. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kini lebih menyukai pendekatan kolaboratif dalam mendapatkan dan memperluas pengetahuan mereka. Keterlibatan masyarakat dalam komunitas-komunitas ini juga mendorong mereka untuk lebih aktif dan skeptis dalam menyerap informasi daripada hanya menerima informasi begitu saja dari mesin pencari.