Meski begitu, pihak Meta menyatakan bahwa fitur pelacakan ini telah dihentikan. Namun, kekhawatiran tetap ada. Banyak pihak mendesak agar transparansi dan akuntabilitas dari perusahaan sebesar Meta diperkuat, terutama terkait cara mereka memperlakukan data pribadi pengguna.
Google, sebagai pemilik sistem operasi Android, juga mulai mengambil langkah perbaikan melalui pembaruan browser Google Chrome untuk menghambat upaya pelacakan semacam ini. Mozilla Firefox pun dikabarkan tengah mengembangkan sistem perlindungan tambahan yang mampu menahan perangkat pelacak Meta agar tidak bisa masuk ke sistem pengguna.
Sementara itu, DuckDuckGo, yang dikenal dengan komitmennya terhadap privasi pengguna, menyatakan tidak terdampak oleh pelacakan Meta, memberikan opsi alternatif yang lebih aman bagi pengguna yang khawatir terhadap pengawasan online.
Apple, di sisi lain, telah lebih dulu menerapkan kebijakan privasi ketat melalui sistem operasi iOS. Fitur perlindungan ini mencegah aplikasi pihak ketiga, termasuk Facebook dan Instagram, mengakses data pengguna secara sembarangan. Apple juga menambahkan fitur notifikasi yang memberi tahu pengguna jika ada aplikasi yang mencoba melacak aktivitas mereka di luar platform.
Namun, ketegangan antara Meta dan Apple meningkat. Meta baru-baru ini mengajukan 15 permintaan kepada Apple agar diberi akses ke data pengguna iPhone, sesuai dengan peraturan Digital Markets Act (DMA) yang berlaku di Uni Eropa. Jika permintaan ini dikabulkan, Meta bisa mendapat jalan masuk untuk mengakses lebih banyak data pengguna iPhone.
Apple menolak permintaan tersebut dengan tegas, menyatakan bahwa hal itu berisiko mengurangi tingkat perlindungan privasi yang selama ini menjadi harapan pengguna. Apple khawatir jika akses itu diberikan, aplikasi Meta seperti WhatsApp, Facebook, dan Instagram dapat mengeksploitasi data pribadi secara lebih agresif.