Sementara itu, Gripen dari Swedia menawarkan perpaduan antara kinerja yang handal dan biaya yang terjangkau. Pesawat ini telah terbukti dalam berbagai operasi dan latihan militer di dunia. Selain itu, faktor interoperabilitas dengan pesawat tempur yang sudah ada dan kemungkinan transfer teknologi juga menjadi pertimbangan penting dalam penilaian DND.
Di sisi lain, F-16 Block V yang ditawarkan oleh Amerika Serikat juga memiliki reputasi yang sangat baik dalam kinerja dan daya jelajahnya. Dukungan yang kuat dari pemerintah AS pun menjadi salah satu nilai tambah yang signifikan. Namun, biaya akuisisi dan pemeliharaan yang mungkin lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya menjadi perhatian tersendiri bagi pihak Filipina.
Sementara Tejas dari India menawarkan pesawat tempur buatan dalam negeri yang menjanjikan. Kemungkinan biaya akuisisi dan pemeliharaan yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaingnya dari Barat membuat Tejas semakin menarik bagi Filipina. Hubungan diplomatik yang baik antara Filipina dan India juga dapat menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan.
Meskipun demikian, pengadaan pesawat tempur baru tidak cukup hanya dengan memiliki perangkat keras (hardware) yang canggih. Filipina juga harus memperkuat sistem pendukung seperti pelatihan pilot, perawatan dan pemeliharaan pesawat, serta infrastruktur pendukung lainnya. Ketersediaan suku cadang dan dukungan purna jual dari pemasok juga akan menjadi faktor penting untuk memastikan fungsi optimal pesawat-pesawat tempur tersebut.