Erebus bukan gunung berapi biasa. Ia dikenal sebagai gunung berapi aktif paling selatan di planet ini dan telah menjadi perhatian ilmuwan sejak lama. Nama "Erebus" sendiri diambil dari mitologi Yunani, merujuk pada personifikasi kegelapan—mencerminkan betapa misterius dan berbahayanya gunung ini.
Penampakan pertama gunung ini tercatat pada tahun 1841 oleh Kapten Sir James Clark Ross. Menariknya, saat Ross melihat Erebus pertama kali, gunung ini tengah mengeluarkan letusan—menciptakan aura mistis yang menakjubkan. Hingga saat ini, Erebus masih aktif, dengan danau lava yang teramati di kawah puncaknya melalui citra satelit geologi. Danau lava ini terus menggelembung sejak tahun 1972 dan menjadi bukti bahwa Erebus adalah "dapur magma" yang tak pernah tidur.
Semburan Aneh: Bom Vulkanik hingga Debu Emas
Dalam setiap aktivitas vulkaniknya, Erebus dikenal suka mengeluarkan bom vulkanik, yaitu bongkahan batu besar yang sebagian mencair dan terlempar ke udara. Namun temuan terbarunya lebih mencengangkan: semburan gas dari kawah Erebus ternyata mengandung kristal emas metalik yang sangat kecil.
Kehadiran emas dalam semburan gas ini menimbulkan pertanyaan baru di kalangan ilmuwan. Apakah Erebus bisa menjadi sumber tambang emas masa depan? Atau justru, karena lokasi dan iklim ekstremnya, fenomena ini hanya akan jadi catatan ilmiah tanpa manfaat ekonomi langsung? Hingga kini, para peneliti belum memberikan kesimpulan pasti mengenai potensi eksplorasi tambang di sana, mengingat tantangan logistik dan risiko besar yang mengiringinya.
Tragedi Kelam Gunung Emas
Walaupun terdengar seperti lokasi yang mempesona, Gunung Erebus juga menyimpan kisah kelam. Salah satu tragedi paling tragis dalam sejarah penerbangan terjadi di sini. Pada 28 November 1979, sebuah pesawat Air New Zealand dengan nomor penerbangan 901 menabrak sisi gunung saat melakukan penerbangan wisata ke Antartika. Seluruh 257 orang di dalam pesawat tewas.