Namun, analis senior Emerging Technologies di Oppenheimer & Co, Mr. Yang, menyatakan bahwa Huawei tetap menghadapi hambatan besar. “Mereka belum memiliki akses ke chip dengan teknologi fabrikasi di bawah 7nm,” ungkapnya. Ini berarti, dari segi kecepatan pemrosesan dan efisiensi daya, Huawei masih tertinggal 2–3 tahun dari para pesaing utama seperti Apple.
Apple Masih Unggul Berkat Teknologi Chip 3nm
Sementara Huawei masih berjuang dengan keterbatasan chip, Apple sudah melangkah lebih jauh. Pada iPhone 16, Apple menyematkan chip berteknologi 3nm yang diklaim memiliki peningkatan performa 10% hingga 15% dari generasi sebelumnya. Chip ini menjadi salah satu daya tarik utama yang menjaga iPhone tetap relevan, bahkan di tengah badai inovasi dari para kompetitornya.
Kelebihan chip 3nm bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga efisiensi daya dan kemampuan menjalankan aplikasi atau fitur berat secara optimal. Dalam dunia yang semakin mengandalkan kecerdasan buatan dan komputasi intensif, keunggulan ini menjadi nilai jual yang sangat kuat.
Strategi Inovasi Huawei: Fokus ke Layar Lipat
Menariknya, Huawei tampaknya menyadari bahwa mereka belum bisa bersaing secara langsung dengan Apple dalam hal teknologi chip. Oleh karena itu, strategi mereka bergeser ke inovasi bentuk dan desain.
Peluncuran ponsel lipat tiga Huawei Mate XT menjadi contoh nyata. Bertepatan dengan rilis iPhone 16, Huawei merilis HP lipat senilai Rp40 juta tersebut di pasar lokal, dan hasilnya sangat mengejutkan. Dalam waktu singkat, Huawei mengklaim telah menerima 3,5 juta pesanan.