Apple Inc., perusahaan teknologi raksasa yang dikenal dengan produk-produk inovatifnya, ternyata memiliki satu unit bisnis yang mengalami kerugian signifikan, yaitu Apple TV+. Menurut laporan yang beredar, layanan streaming milik Apple ini merugi sekitar US$1 miliar atau setara dengan Rp 16,5 triliun setiap tahunnya. Kerugian ini menandakan bahwa meskipun Apple terlibat dalam industri hiburan digital, tidak semua dari upaya tersebut memberikan hasil positif.
Apple TV+ diluncurkan dengan harapan bisa bersaing dengan raksasa layanan streaming lain seperti Netflix dan Disney+. Meskipun layanan ini memiliki sejumlah tayangan yang cukup populer, salah satu yang paling dikenal adalah "Severance," terdapat juga proyek yang tampaknya tidak berjalan sesuai harapan, seperti film "Argylle." Dengan anggaran produksi mencapai US$200 juta atau sekitar Rp 3,3 triliun, "Argylle" justru merosot ketika dirilis, mendapatkan skor di situs IMDb hanya 5,6 dari 10, menunjukkan bahwa tidak semua konten yang disajikan mampu menarik perhatian audiens.
Menariknya, Apple TV+ menjadi satu-satunya layanan langganan dari Apple yang tidak mampu menghasilkan laba. Meskipun memiliki basis pelanggan yang cukup besar dengan sekitar 45 juta pelanggan, laporan dari The Information menunjukkan bahwa layanan ini hanya menguasai kurang dari 1 persen dari total pemirsa streaming bulanan di Amerika Serikat. Angka ini sangat jauh jika dibandingkan dengan Netflix yang menguasai 8,2% dari total pendengar di negara yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah pelanggan Apple TV+ tidak sedikit, minat pengguna untuk melakukan streaming di platform tersebut masih rendah.