Raksasa teknologi asal China, Alibaba, telah mengalami perjalanan menakjubkan yang penuh liku-liku dalam beberapa tahun terakhir. Setelah ditinggalkan oleh pendirinya, Jack Ma, akibat hubungan yang tegang dengan pemerintah China, Alibaba merasakan dampak besar dari kehilangan sosok visioner tersebut.
Tidak hanya menghadapi kritik dari regulasi yang ketat, tetapi perusahaan juga harus melakukan restrukturisasi besar-besaran yang menyebabkan beberapa petingginya mundur dari posisinya. Selain itu, persaingan yang semakin ketat di sektor e-commerce dengan munculnya pendatang baru seperti PDD Holdings membuat posisi Alibaba semakin terpuruk.
Namun, sejak akhir tahun lalu, lambat laun Alibaba mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang menggembirakan. Semangat baru ini didorong oleh upaya kuat untuk mengadopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) yang kian berkembang. Keberanian tersebut membawa Alibaba untuk menjalin kemitraan strategis yang signifikan, termasuk dengan perusahaan teknologi global terkemuka, Apple.
Baru-baru ini, Alibaba diumumkan sebagai mitra resmi Apple untuk mengembangkan sistem kecerdasan buatan yang diharapkan dapat mengoptimalkan produk-produk yang dijual di pasar China. Langkah ini tidak hanya menjadi batu loncatan bagi Alibaba untuk mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin di industri, tetapi juga memberikan kepercayaan pada kualitas dan inovasi yang dapat ditawarkan oleh perusahaan.
Satu lagi kejutan datang dari pe-launching-an Manus AI, sebuah teknologi AI yang baru diluncurkan dan disebut-sebut sebagai penerus DeepSeek dari China. Manus AI segera mengumumkan kemitraan strategis dengan model AI Qwen milik Alibaba, menandakan bahwa kedua belah pihak berkomitmen untuk saling mendukung dalam mengatasi tantangan di pasar yang semakin kompetitif.