Dari sisi lain, popularitas perusahaan AI di China, seperti DeepSeek, memungkinkan para manajer investasi dan investor untuk lebih menggantungkan keputusan investasi mereka pada analisis yang dihasilkan oleh teknologi ini. Namun, ironisnya, ketergantungan tersebut membuka peluang bagi penyebaran berita negatif yang dapat menambah ketidakpastian di pasar. Misalnya, jika berita palsu menyebar tentang performa buruk sebuah perusahaan, hal ini bisa memicu kepanikan yang menyebabkan saham perusahaan tersebut jatuh.
Dengan situasi yang semakin mengkhawatirkan, Securities Times melaporkan bahwa Komisi Regulator Sekuritas China berencana untuk mengambil pendekatan yang lebih proaktif dalam membasmi rumor yang menyesatkan di pasar saham.
Mereka berjanji untuk mengeluarkan klarifikasi yang diperlukan, serta informasi yang relevan untuk memerangi kebohongan yang beredar. Selain itu, promosi pendidikan dan panduan kepada investor juga menjadi fokus utama, sehingga mereka dapat lebih cerdas dalam mengidentifikasi informasi yang benar dan salah di internet.
Risiko yang ditimbulkan oleh penyebaran informasi palsu tidak hanya berbahaya bagi investor individu, tetapi juga dapat merusak stabilitas pasar secara keseluruhan. Banyak sekali contoh di mana berita palsu telah merusak reputasi suatu perusahaan, pada akhirnya mempengaruhi harga saham dan kepercayaan publik.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami bahwa pengembangan teknologi yang cepat, seperti AI, harus diimbangi dengan literasi digital yang mumpuni, serta intervensi kebijakan dari pemerintah. Tanpa langkah-langkah preventif ini, dampak negatif dari teknologi dapat menjadi lebih besar dan lebih sulit untuk ditangani.