Keduanya sering terlihat bersama dalam berbagai acara, menciptakan momen-momen indah di panggung kehidupan. Namun, saat-saat ini seolah berputar menjadi kenangan pahit ketika Najwa harus menghadapi kenyataan bahwa mereka kini terpisah oleh batasan yang dimaknai sebagai 'keabadian'. Ibrahim yang telah pergi, dan Namiyah yang hanya bisa dikenang dalam ingatan. Momen-momen tersebut, meskipun singkat, memberikan warna tersendiri bagi perjalanan mereka sebagai pasangan.
Kehilangan anak adalah tragedi yang sangat sulit untuk dihadapi, dan Najwa tidak sendirian dalam hal ini. Banyak orang di luar sana yang mengalami pengalaman serupa, dan sering kali, rasa kehilangan itu tak pernah sepenuhnya hilang. Najwa Shihab adalah salah satu sosok yang mampu mengangkat tema ini dengan elegan dan puitis. Keberaniannya untuk berbagi rasa sakit dan kedalaman emosional ini bisa jadi menjadi pelipur lara bagi banyak orang yang merasakan kehilangan serupa.
Dalam menghadapi duka yang mendalam ini, Najwa Shihab menunjukkan keteguhan dan keikhlasan. Dia berusaha untuk mengikhlaskan kepergian suaminya dengan cara menuliskan perasaannya. Menyatatakan setiap kenangan dan harapan yang tak tercapai dalam sebuah panggilan kepada berbagai pihak agar mau berempati. Melalui unggahannya di media sosial, Najwa berbagi bahwa cinta dan kenangan yang diukir bersama Ibrahim adalah harta yang paling berharga.
Dalam perjalanan berduka ini, ada harapan yang tersisa; harapan untuk terus mengenang dan menghargai setiap momen yang pernah ada. Najwa ingin agar kenangan tentang Ibrahim dan Namiyah tidak hanya hilang begitu saja, tetapi menjadi bagian dari narasi kehidupannya yang akan terus diceritakan dan diingat. Penghargaan ini bukan hanya untuk mereka yang telah pergi, tetapi juga untuk setiap orang yang mencintai mereka dan akan terus menahan kenangan indah tersebut di dalam hati.