Selain itu, upaya untuk menghilangkan stigma terkait dengan perceraian juga harus diperjuangkan. Perceraian bukanlah kegagalan, melainkan pilihan yang diambil untuk meraih kebahagiaan yang lebih baik. Masyarakat perlu lebih memberikan dukungan kepada individu yang memutuskan untuk bercerai, bukan menyalahkan dan menghakimi mereka.
Kisah hidup Inara Rusli memperlihatkan bahwa perempuan harus mendapatkan ruang untuk merangkul kebahagiaan mereka sendiri tanpa harus terjebak dalam pola pikir yang memicu toksisitas dalam hubungan intim dan pernikahan. Kehidupan seseorang tidak sepenuhnya menjadi urusan orang lain, dan setiap individu berhak untuk menjalani kehidupannya sesuai dengan keinginan dan kebahagiaan pribadinya.
Memperjuangkan kesejahteraan perempuan dalam konteks rumah tangga dan pernikahan adalah sebuah tugas yang harus diemban oleh semua pihak, baik itu pemerintah, masyarakat, maupun lembaga-lembaga sosial. Hanya dengan upaya bersama, perempuan di Indonesia dapat meraih kehidupan yang lebih damai, sejahtera, dan penuh kebahagiaan tanpa harus merasa tercekik oleh ekspektasi yang tidak realistis.