"Sepertinya apabila masalah pelayanan, aku rasa tidak perlu diajarkan, bukan begitu? Aku juga dulu merupakan anggota girl band, aku tahu cara menghibur orang," tambahnya.
Setelah setahun berpisah dengan Virgoun, sambil tersenyum-senyum Inara mengaku bahwa dirinya kini merasa lebih bahagia karena tidak lagi merasa terbebani.
"Sekarang saya merasa bahagia. Beban pikiran dan beban tugas rumah tangga berkurang," ucapnya.
Inara mengaku bahwa proses belajar menjadi lebih mandiri dan menerima diri sendiri setelah perceraian adalah sebuah pengalaman yang berharga baginya. Dia sadar bahwa kebahagiaan tidak semata-mata bergantung pada kehadiran seseorang dalam hubungan, tetapi juga pada bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri.
Hal ini menggambarkan bahwa wanita dalam konteks sosial di Indonesia masih sering dihadapkan pada ekspektasi yang tidak adil. Pemikiran bahwa perempuan harus menanggung semua tanggung jawab dalam rumah tangga dan dalam menjaga hubungan pernikahan sering kali menjadi beban yang berat bagi mereka. Perjuangan Inara merupakan cerminan dari banyaknya perempuan yang harus memperjuangkan hak-hak mereka sebagai individu dalam hubungan perkawinan.
Melalui pengalaman pahit yang diakui Inara ini, perempuan di Indonesia diharapkan dapat lebih bebas menjalani kehidupan dengan cara yang mereka pilih tanpa harus selalu mengikuti pola pikir patriarki yang membatasi. Karena pada akhirnya, kebahagiaan dan keberhasilan seseorang tidak boleh diukur dari seberapa baik mereka dapat memenuhi ekspektasi orang lain, tetapi dari bagaimana mereka mampu menjalani hidup dengan kejujuran dan ketulusan.