Lebih dari sekadar hiburan, film ini digagas sebagai jembatan bagi generasi muda untuk mengenal sekaligus memaknai ulang perjuangan Pangeran Diponegoro. Teknologi AI menjadi sarana untuk mendekatkan sejarah kepada anak-anak muda dengan cara yang lebih visual, interaktif, dan relevan dengan era digital. Harapannya, kisah perjuangan tidak hanya tertulis dalam buku pelajaran, tetapi juga bisa dihidupkan kembali lewat layar sinema.
CEO Mars Media, Koni, menilai meskipun karya ini masih jauh dari kata sempurna, sambutan penonton menunjukkan antusiasme besar. Bahkan ada yang menilai film ini layak diputar di Istana Negara pada perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI. Ia juga mengungkapkan rencana memperpanjang durasi film hingga satu jam serta memproduksi lebih banyak film edukasi berbasis AI yang mengangkat tema pahlawan nasional lainnya di masa depan.
“Perkembangan teknologi tidak bisa dibendung. Justru kita harus memanfaatkannya untuk tujuan positif, termasuk membuka peluang bagi siapa saja yang ingin menjadi kreator film,” ujar Koni. Pernyataan ini menjadi refleksi bahwa AI bisa menjadi alat pemberdayaan, bukan ancaman, dalam industri kreatif dan pendidikan.