Keutamaan menjaga lisan juga tercermin dalam dampaknya terhadap kehidupan sosial. Ucapan yang baik dan santun dapat mempererat tali persaudaraan, menciptakan kedamaian, dan menghindarkan dari konflik. Sebaliknya, lisan yang tidak terjaga dapat memicu perselisihan, permusuhan, dan keretakan hubungan. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berkata jujur, sopan, dan menghindari ucapan yang menyakiti hati orang lain. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.” (QS. Al-Isra: 53).
Menjaga lisan juga merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muslim adalah orang yang lisan dan tangannya tidak menyakiti orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya, menjaga lisan bukan hanya sekadar anjuran, tetapi bagian dari ciri seorang muslim yang baik. Dengan menjaga lisan, seseorang menunjukkan kualitas imannya dan menghindarkan diri dari perbuatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, menjaga lisan juga berarti menghindari perdebatan yang tidak bermanfaat. Islam mengajarkan umatnya untuk tidak terlalu banyak bicara, terutama jika ucapan tersebut tidak membawa kebaikan. Rasulullah SAW mengingatkan, “Janganlah kalian banyak bicara selain untuk berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara selain dzikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan sejauh-jauh manusia dari Allah adalah yang berhati keras.” (HR. Tirmidzi). Hal ini menunjukkan bahwa lisan yang terjaga dapat membuat hati menjadi lembut dan dekat dengan Allah SWT.