Nabi Muhammad SAW juga memberikan teladan tentang sifat optimis dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun menghadapi berbagai cobaan dan rintangan dalam menyebarkan ajaran Islam, beliau tidak pernah kehilangan harapan. Misalnya, saat berada dalam masa sulit di Mekkah, Nabi Muhammad SAW tetap optimis bahwa suatu hari Islam akan diterima dan berkembang. Keyakinan ini terbukti ketika beliau dan para sahabat berhasil membangun masyarakat Islam yang kuat di Madinah. Kisah ini mengajarkan bahwa optimisme harus dibarengi dengan usaha dan tawakal kepada Allah.
Ajaran Islam juga menekankan pentingnya bersyukur sebagai bentuk optimisme. Dengan bersyukur, seseorang akan lebih mudah melihat sisi positif dari setiap situasi. Allah SWT berfirman, “Jika kamu bersyukur, pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu.” (QS. Ibrahim: 7). Sikap syukur ini membantu seseorang untuk tetap optimis, karena ia menyadari bahwa setiap nikmat, sekecil apa pun, adalah tanda kasih sayang Allah. Dengan demikian, sifat optimis dalam Islam tidak hanya tentang mengharapkan yang terbaik, tetapi juga tentang menghargai apa yang telah diberikan.
Selain itu, Islam mengajarkan umatnya untuk tidak mudah menyerah dalam beribadah dan beramal saleh. Meskipun hasilnya tidak langsung terlihat, setiap usaha yang dilakukan dengan niat ikhlas pasti akan mendapatkan balasan dari Allah. Hal ini mendorong umat Islam untuk tetap optimis dalam menjalani hidup, karena yakin bahwa setiap kebaikan yang dilakukan tidak akan sia-sia.