Ada beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang menggambarkan tentang istidraj. Salah satunya adalah dalam Surah Al-Anfal, di mana Allah menggambarkan bagaimana orang-orang yang tidak beriman yang diberikan kelapangan hidup, tetapi pada akhirnya mereka akan menerima azab yang pedih. Ayat ini menunjukkan bahwa tidak selamanya kesenangan dan kemudahan dalam hidup adalah tanda keberkahan, tetapi bisa jadi sebuah istidraj yang justru akan mengantarkan mereka kepada kebinasaan.
Istidraj juga sering dikaitkan dengan sikap manusia yang mengabaikan nilai-nilai moral dan spiritual dalam hidupnya. Dalam perjalanan hidup, seseorang dapat saja mendapatkan kemudahan dan fasilitas yang melimpah. Namun jika ia menjauh dari ketaatan kepada Allah, maka semua itu bisa menjadi bumerang. Umat Islam diajarkan untuk selalu introspeksi dan memperhatikan apakah nikmat yang diterima digunakan dalam kebaikan atau justru menjauhkan diri dari Allah.
Dalam pengertian yang lebih luas, istidraj mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal karir, harta benda, dan relasi sosial. Seorang Muslim diwajibkan untuk senantiasa mengevaluasi diri agar tidak terjebak dalam situasi yang menyesatkan. Meskipun dalam pandangan umum, kehidupan yang nyaman dan sukses merupakan hal yang baik, kadang-kadang itu bisa menjadi sumber bahaya jika tidak diimbangi dengan ketakwaan dan kepatuhan kepada Allah. Oleh karena itu, kesadaran akan istidraj sangat penting dalam menjaga akhlak dan iman seorang Muslim.