Tampang

Tuan Guru yang Pemaaf dan Sakitnya Jadi Pribumi

22 Apr 2017 21:18 wib. 9.155
0 0
jansen sitidaon

Mungkin di bandara Changi, Minggu 9 April 2017 yang lalu, Steven sedang kerasukan menjadi singa, akibat mungkin pengaruh sedang berada di "negeri singa", Singapura ini. Sehingga terlontarlah kata-katanya diatas. Atau bisa juga. Dalam kehidupan sehari-harinya, Steven memang telah terbiasa melontarkan kata-kata tersebut. Namun selama ini baik-baik saja. Tidak ada masalah. Karena yang menerima lontaran tidak berdaya untuk mempersoalkannya.

Namun sore itu di Changi. Steven akhirnya kena batunya. Dan yang jadi "batunya" kali inipun tidak main-main. Betul-betul batu besar. Kalau biasanya yang menerima lontaran kalimatnya ini mungkin pembantunya dirumah. Atau orang yang bekerja di perusahaan milik keluarganya. Yang beratus kalipun kalimat itu dia lontarkan. Karena keadaan, akan diam saja. Tidak berdaya untuk melawan. Kali ini situasinya berbeda. 

Kalimat yang tidak pantas itu dia "semburkan" kewajah Tuan Guru Muhammad Zainul Majdi. Sang Gubernur NTB, yang juga pemimpin Organisasi Islam besar di Indonesia, Nahdatul Wathan ("NW"). Yang dalam kesehariannya memang sangat "low profile". Sangat sederhana. Sehingga, jangankah Steven. Kita yang sering melihatnya diruang publikpun, kadang sering tidak sadar kalau beliau ini adalah seorang Gubernur.

Kesederhanaan sang Gubernur inilah yang membuat Steven akhirnya kena batunya. Akibat tidak menyadari sosok dihadapannya, dan menganggapnya seperti pegawai dirumahnya saja mungkin, karena naiknya juga pesawat jenis "low cost" seperti orang Indonesia pada umumnya, terlontarlah kata-kata dari mulut Steven yang memantik bara diatas. Kemudian terekspos, menjalar, membangkitkan ketersinggungan, dan akhirnya membuat panas ruang publik. 

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Aturan Pemilu Perlu Direvisi?