Pada tanggal 6 Januari 2021, dunia menyaksikan tragedi yang mengejutkan ketika sekelompok pendukung Donald Trump menyerbu Capitol Hill, pusat pemerintahan Amerika Serikat. Kerusuhan ini terjadi setelah Trump berulang kali mengklaim tanpa bukti bahwa pemilihan presiden 2020 dicurangi. Peristiwa ini tidak hanya mengejutkan negeri Paman Sam, tetapi juga menggetarkan demokrasi global.
Capitol Hill, yang merupakan simbol kebebasan dan demokrasi, tiba-tiba berubah menjadi arena kekacauan. Para penyerang, banyak di antaranya mengenakan atribut yang menunjukkan dukungan mereka kepada Trump, berhasil menerobos keamanan yang telah disiapkan untuk melindungi gedung tersebut. Mereka merusak properti, menyerang petugas polisi, dan bahkan berupaya untuk menghalangi pernyataan hasil pemilu yang sah. Kerusuhan yang berlangsung selama beberapa jam tersebut menimbulkan dampak jangka panjang bagi stabilitas politik di AS.
Beberapa jam sebelum kerusuhan, Trump mengadakan pidato di Washington, D.C., di mana ia menyemangati para pendukungnya untuk "melawan" hasil pemilihan. Pidatonya menjadi pemicu tindakan agresif yang dilakukan oleh massa, yang merasa bahwa hak suara mereka telah dirampas. Pernyataan ini menciptakan gelombang emosi di kalangan pendukungnya, yang melihat serangan terhadap Capitol Hill sebagai satu-satunya cara untuk memperjuangkan apa yang mereka anggap sebagai keadilan.