Dalam beberapa tahun terakhir, dakwah tidak hanya menjadi aktivitas yang dilakukan di masjid atau forum-forum keagamaan. Dengan munculnya politisi muslim yang aktif di parlemen, dakwah kini menjelma menjadi sebuah seni komunikasi yang dilakukan di arena pemerintahan. Mikrofon parlemen menjadi alat penting bagi para ustaz yang bergelut dalam dunia politik untuk menyampaikan pesan-pesan agama dan nilai-nilai moral, sekaligus berusaha menjawab tantangan zaman yang terus berubah.
Politisi muslim di Indonesia semakin menunjukkan eksistensinya tidak hanya dalam hal kebijakan publik, tetapi juga dalam hal adoanya dakwah. Berkat pengaruh dan kepopuleran mereka, banyak masyarakat yang mulai memperhatikan bagaimana nilai-nilai Islam dapat diintegrasikan ke dalam kebijakan pemerintah. Dengan memanfaatkan panggung parlemen, ustaz yang terjun ke dunia politik bisa lebih dekat dengan masyarakat awam, menjelaskan ajaran Islam dengan pendekatan yang lebih relevan untuk konteks sosial dan budaya saat ini.
Di balik mikrofon parlemen, politisi muslim tidak hanya berfungsi sebagai pembuat undang-undang tetapi juga sebagai juru bicaranya umat. Mereka dihadapkan pada tantangan untuk menyelaraskan prinsip-prinsip agama dengan kebutuhan masyarakat yang beragam. Pendekatan yang inklusif sangat penting untuk membangun komunitas yang harmonis, dan inilah yang coba dilakukan oleh banyak ustaz dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota dewan.