Tampang

Sensor dan Censorship: Ketika Musik Mengancam Kekuasaan

13 Mar 2025 12:44 wib. 160
0 0
Sukatani Band Punk
Sumber foto: Pinterest

Contoh nyata sensor musik dapat dilihat dalam sejarah musik rock dan hip hop. Banyak artis yang dikenal karena lirik mereka yang mendobrak batas norma dan menantang status quo. Saat mereka menyuarakan ketidakpuasan, pemerintah atau lembaga tertentu sering berusaha meredam suara mereka dengan cara menyensor lagu-lagu tersebut dari radio, TV, atau platform musik lainnya. Selain itu, dalam beberapa kasus, konser mereka juga dibubarkan atau dilarang, membuktikan betapa menakutkannya kekuatan musik di hadapan kontrol politik.

Kebebasan berekspresi melalui musik juga menjadi sarana bagi artis untuk mendukung gerakan sosial. Misalnya, di era perjuangan anti-apartheid di Afrika Selatan, seniman seperti Miriam Makeba dan Hugh Masekela menggunakan musik mereka sebagai alat perjuangan. Lagu-lagu mereka menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan. Namun, tidak semua pemerintah siap menghadapi kekuatan seni yang mampu menginspirasi massa untuk melawan ketidakadilan. Oleh karena itu, upaya sensor terus berlangsung.

Dalam lingkungan yang menganggap musik sebagai ancaman, artis sering kali menemukan cara untuk menyampaikan pesan mereka secara halus melalui lirik atau simbol-simbol. Mereka harus berstrategi dalam menyampaikan gagasan mereka tanpa langsung menantang kekuasaan. Proses ini sering kali menuntut kreativitas yang lebih besar, dan terkadang, melakukan konfrontasi yang berisiko tinggi terhadap aturan yang ada.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

Apakah Boleh Shalat Idulfitri 2 Kali?
0 Suka, 0 Komentar, 13 Apr 2024

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?