Perang di Yaman juga menimbulkan dampak yang luas di bidang kesehatan. Rumah sakit banyak yang rusak atau tidak berfungsi, dan petugas medis sering kali tidak dibayar selama berbulan-bulan. Ini menyebabkan meningkatnya angka kematian akibat penyakit dan kurangnya perawatan medis, terutama selama pandemi COVID-19 yang semakin memperburuk keadaan.
Seiring berjalannya waktu, perhatian dunia terhadap perang sipil di Yaman mulai berkurang. Berita tentang konflik ini sering kali tergantikan oleh isu-isu lainnya, padahal kebutuhan kemanusiaan di Yaman semakin mendesak. Banyak negara donor yang awalnya berkomitmen untuk memberikan bantuan kini mulai mengurangi dukungannya, membuat situasi semakin parah.
Koalisi Arab yang terlibat dalam konflik ini juga menghadapi kritik internasional terkait aksi militer mereka yang banyak memakan korban jiwa di kalangan sipil. Serangan udara yang dilakukan sering kali menargetkan area pemukiman, dan tidak jarang menyebabkan kerusakan pada infrastruktur vital seperti sekolah dan rumah sakit. Banyak laporan independen yang menyebutkan bahwa koalisi Arab telah melakukan pelanggaran hukum internasional, tetapi hingga kini, belum ada pertanggungjawaban yang jelas.
Sementara itu, kelompok Houthi juga dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk merekrut anak-anak dan melakukan penangkapan sewenang-wenang terhadap lawan politik. Situasi ini menciptakan siklus kekerasan yang tampaknya tak berujung, membuat rakyat Yaman semakin terpuruk dalam penderitaan.