Dari laporan yang beredar, jumlah korban jiwa sangat bervariasi, dengan perkiraan yang berkisar dari ratusan hingga ribuan orang. Gambar-gambar tank yang melawan mahasiswa, termasuk simbolik "Tank Man" yang terkenal, ditangkap oleh jurnalis asing dan dengan cepat menjadi simbol perjuangan untuk kebebasan. Namun, pemerintah Tiongkok berupaya menutupi fakta dan meredam informasi tentang tragedi ini. Media dilarang meliput dan arus informasi diblokir, menciptakan narasi yang berbeda tentang peristiwa tersebut.
Penting untuk mencatat bahwa tindakan represif pemerintah Tiongkok ini tidak hanya terjadi selama peristiwa tersebut. Semenjak itu, Tiongkok terus menindak setiap bentuk protes yang dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas dan kekuasaan Partai Komunis. Hal ini termasuk penangkapan aktivis, sensor media, dan pembatasan terhadap kebebasan berpendapat. Ketaskeptikan terhadap pemerintah tetap ada, tetapi ruang untuk oposisi semakin menyempit.
Sebagai peringatan tentang kekuatan rakyat untuk melawan tirani, peristiwa di Lapangan Tiananmen terus diingat oleh berbagai kalangan di seluruh dunia. Setiap tahun, banyak orang, terutama di Hong Kong, menggelar vigili untuk mengenang para korban. Meskipun Tiongkok berusaha keras untuk melupakan masa lalu ini dengan cara menutup akses terhadap informasi, fakta-fakta tentang pembantaian tersebut masih dieksplorasi oleh sejarawan, jurnalis, dan orang-orang di luar Tiongkok.