"Dengan kondisi negara yang seperti ini, stabilitas hangat, saya pikir memunculkan persoalan-persoalan baru itu tidak wise, tidak bijak. Semuanya harus pada kondisi saling menjaga dengan sungguh-sungguh. Untuk itu semua statementdari siapa pun harus bisa menjawab dan menjaga kondisi negara ini dengan baik, kalau tidak, kita hanya ribut dengan kondisi di dalam negeri," katanya di Jember, Rabu sore, 27 September 2017 (Sumber: Tempo.co).
Saat ini Jokowi tengah menggodog rencana perombakan kabinetnya menyusul majunya Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa dalam Pilgub Jatim 2018 dan terpilihnya Menteri Perindustrian Erlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar.
Adanya rencana reshuffle kabinet saat parpol-parpol mulai semakin memanaskan mesin politinya ini pastinya akan membuat Jokowi harus benar-benar ekstra hati-hati. Apalagi, paada 7 Januari 2018 lalu, Megawati Soekarnoputri kembali menegaskan Jokowi sebagai petugas partai.
Dalam reshuffle kali ini, kemungkinan masuknya Moeldoko semakin besar. Moeldoko, dalam beberapa bulan terakhir, bukan saja dekat dengan Jokowi secara personal dengan menjadi wakil keluarga orang nomor satu di Indonesia itu saat pernikahan puutri Jokowi Kahiyang dengan Bobby, tetapi juga medukung penegasan Jokowi tentang Presiden yang merupakan Panglima Tertinggi TNI menjadi polemik.
Kalau pun Moeldoko masuk kabinet, posisi apa yang pantas baginya? Apakah akan memegang jabatan Menko Polhukam yang sama artinya dengan menggeser posisi Wiranto?
Dan, kalau Jokowi menempatkannya Moeldoko sebagai penjaga gawang politik hukum dan keamanan Indonesia, lantas kemana Wiranto akan dilabuhkan? Apakah Wiranto akan “dibebastugaskan” atau akan menggantikan Budi Gunawan sebagai Kepala Badan Intelijen Negara?
Sebenarnya, masuk tidaknya Moeldoko ke dalam kabinet tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kansnya untuk mendampingi Jokowi pada Pilpres 2019 nanti. Jabatan Ketum HKTI dengan jumlah anggota mencapai sekitar 60 juta petani sudah cukup strategis untuk meraih dukungan suara.
Jika melihat peta saat ini, Jokowi membutuhkan sosok berlatar belakang militer sebagai pendampingnya. Ada sejumlah keuntungan yang didapat Jokowi dengan menggandeng purnawirawan jenderal. Di antaranya untuk membendung kampanye hitam yang menyebut dirinya terkait dengan PKI. Tetapi, yang terpenting adalah untuk meredam upaya pembenturan Jokowi dengan TNI, khususnya Angkatan Darat.
Moeldoko dengan latar belakang militer dan kedekatannya dengan pemimpin umat, khususnya ulama, merupakan sosok yang tepat untuk dipasangkan dengan Jokowi dalam Pilpres 2019.