Dalam pandangan Trump, ketidakmampuan pemerintah Israel untuk mengatasi ancaman dari Iran dapat berdampak luas, tidak hanya dalam konteks regional tetapi juga pada keamanan nasional Amerika Serikat. Iran sering kali dianggap sebagai penyokong bagi kelompok teroris dan pemberontak, termasuk Houthi di Yaman. Kebijakan luar negeri yang kuat dan terukur diharapkan untuk membantu menghadapi ancaman-ancaman ini. Sayangnya, pemerintah Israel di bawah Netanyahu tidak memberikan langkah-langkah konkret yang diharapkan oleh Trump. Hal ini semakin memperburuk hubungan antara kedua negara dan menimbulkan pertanyaan tentang masa depan kerja sama strategis mereka.
Pemerintah Israel juga tidak berhasil menciptakan rencana komprehensif untuk Gaza, yang menjadi salah satu fokus utama perdebatan dalam kebijakan luar negeri AS-Israel. Perang yang berkepanjangan dan ketidakstabilan ekonomi di wilayah tersebut terus mendorong gelombang pengungsi dan konflik. Kegagalan untuk mengatasi isu-isu mendasar di Gaza dianggap sebagai penghalang bagi stabilitas regional dan menjadi salah satu alasan mengapa Trump merasa bahwa hubungan mereka semakin renggang.
Trump sebelumnya dikenal sebagai pendukung kuat Israel, tetapi dengan kondisi ini, ia merasa bahwa pemerintahan Netanyahu tidak memberikan hasil yang diharapkan. Kekecewaannya tidak hanya berasal dari ketidakmampuan menghadapi ancaman tetapi juga dari kurangnya komunikasi dan kerjasama yang efektif. Hal ini semakin jelas ketika banyak pihak di dalam pemerintahan Trump merasa bahwa mereka telah berkomitmen pada dukungan yang lebih kuat terhadap Israel, tetapi tidak mendapatkan kompensasi yang sepadan dalam bentuk rencana strategis.