Peristiwa Malari 1974 adalah salah satu momen paling penting dalam sejarah Indonesia, yang melibatkan mahasiswa, Jepang, dan gejolak sosial yang berlangsung di Jakarta. Di awal tahun 1970-an, Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam berbagai sektor, termasuk ekonomi, berkat investasi dari negara-negara asing, salah satunya Jepang. Namun, pertumbuhan ekonomi tersebut tidak diimbangi dengan kesejahteraan sosial yang merata, yang akhirnya memicu gerakan mahasiswa di seluruh Indonesia.
Mahasiswa merupakan kekuatan intelektual yang memainkan peran penting dalam mengawasi jalannya pemerintahan serta memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang dianggap mendiskriminasi rakyat. Dalam konteks Malari, para mahasiswa merasa khawatir dengan meningkatnya pengaruh Jepang di Indonesia. Mereka menganggap banyaknya investasi Jepang membawa dampak negatif, seperti eksploitasi sumber daya alam dan dampak sosial yang berdampak pada kehidupan masyarakat.
Aksi unjuk rasa mahasiswa terpusat di Jakarta pada 15 Januari 1974, di mana ribuan mahasiswa dari berbagai universitas berkumpul untuk menuntut peninjauan kembali hubungan Indonesia-Jepang. Aksi ini tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi juga mencakup aspek sosial dan budaya yang dirasakan oleh masyarakat. Mereka berargumen bahwa hubungan yang terlalu dekat dengan Jepang dapat melemahkan kedaulatan Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.